Sejarah Inflasi Di Indonesia

Sejarah Inflasi Di Indonesia - Tahun 1998 saat Negara kita dilanda krisis keuangan sebagai akibat dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, sebagian besar masyarakat kita secara mendadak mengalami “pemiskinan” atas kekayaan yang mereka simpan dan miliki. Nilai kekayaan mereka mendadak tidak saja turun, tetapi merosot dan terjun bebas. Harga barang naik dan terus melambung tak terkendali, sejarah inflasi pun terulang kembali. Sebagai gambaran jika sebelum krisis, dengan uang sebesar 5 – 7 juta rupiah kita bisa membeli sebuah sepeda motor baru, maka setelah krisis harga sebuah sepeda motor baru mencapai angka 12 – 15 juta rupiah. Artinya nilai kekayaan kita merosot hingga 50% lebih. Secara sederhana krisis keuangan yang berimplikasi kepada krisis ekonomi tersebut disebabkan karena tidak seimbangnya neraca pembayaran kita atas dollar Amerika.
Sejarah Inflasi Di Indonesia
Sejarah inflasi di akhir masa orde lama

Sejarah inflasi tahun 1998 itu diawali dan sudah dimulai sejak awal tahun 90 an. Saat itu ( tahun 1990 an ) ekonomi Negara kita sedang tumbuh dan berkembang dengan hangat-hangatnya. Ibarat gadis cantik belia, Indonesia menarik mata banyak Negara dan investor dalam mengembangkan bisnis mereka, dan karena itu tentu saja mereka membutuhkan rupiah untuk memulai aktifitas bisnis mereka di Indonesia. Jadilah rupiah menjadi primadona dan dicari banyak pihak. Lalu seorang spekulan valas, George Soros dengan dukungan korporasi internasionalnya memborong rupiah dalam jumlah besar. Terjadilah kelangkaan rupiah yang melanda tidak saja dunia tetapi juga di negara kita sendiri. Mencari uang rupiah menjadi sangat sulit, sementara rakyat membutuhkannya untuk digunakan sebagai alat pembayaran. Lalu terjadilah apa yang disebut beberapa pengamat sebagai “kesalahan Bank Indonesia”, BI atau otoritas keuangan yang saat itu masih dibawah pemerintah mencetak ( lagi ) dan mengedarkan rupiah untuk memenuhi kebutuhan akan rupiah. Namun celakanya, kemudian Soros beserta kroni-kroninya melepas rupiah yang mereka timbun dan sebaliknya menahan dollar mereka, rupiah pun membanjiri pasar sementara dollar menjadi langka. Hukum ekonomi pun berlaku, jika penawaran atau supplai barang melebihi permintaan maka harga barang atau jasa itu akan cenderung turun. Nilai rupiah pun anjlok dan terus-menerus turun hingga pada puncaknya sekitar tahun 1998 rupiah mencapai nilai terendahnya terhadap dollar Amerika sepanjang sejarah, yakni sekitar 22 ribu setiap dollarnya.

Lalu apa hubungannya melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika terhadap sejarah inflasi yang melanda Indonesia saat itu ? Saya mungkin tidak akan bisa menjelaskan masalah tersebut secara mendetail karena saya bukan ahli atau pengamat ekonomi. Tetapi mari kita coba untuk memahami masalah tersebut bersama-sama. Selama beberapa dekade terakhir negara kita sangat menggantungkan “diri” kepada Amerika. Mari untuk tidak terlalu masuk ke persoalan politik, tetapi fakta bahwa kondisi dan peristiwa-peristiwa politik di masa lampau membawa negara kita kepada situasi “ketergantungan” kepada Amerika, adalah benar adanya. Hampir semua segi kehidupan kita termasuk ekonomi kita tergantung kepada Amerika. Hal demikian juga ditambah fakta bahwa Amerika, dalam beberapa dekade terakhir ( mungkin sampai saat ini ) adalah negara yang bisa disebut “menguasai dunia”. Mungkin istilah “menguasai dunia” terlalu berlebihan, tetapi fakta bahwa hampir seluruh negara dunia menggunakan dollar Amerika sebagai standar pembayaran neraca luar negeri mereka juga tidak terbantahkan. Hanya saja, dibanding negara lain, tingkat ketergantungan kita, Indonesia, relatif jauh lebih besar dan dalam. Karena itu juga tingkat kebutuhan kita terhadap dollar Amerika juga sangat besar.

Turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berdampak kepada naiknya biaya produksi barang dan jasa dalam rupiah, karena sebagian besar bahan baku produksi diimpor dari luar negeri yang pembayarannya dilakukan dengan dollar Amerika. Sebagai akibatnya produsen mau tidak mau menaikkan harga barang dan jasa yang mereka produksi dan sejarah inflasi di Indonesia pun terulang kembali. Maka begitulah akhirnya inflasi melanda negeri kita yang puncaknya terjadi pada pertengahan tahun 1998. Harga barang dan jasa melonjak hingga tiga kali lipatnya. Sendi-sendi ekonomi runtuh, kesejahteraan masyarakat merosot tajam dan kondisi sosial politik pun bergolak. Puncaknya pemerintahan yang memimpin selama 32 tahun pun tumbang.

Sejarah inflasi di masa orde lama

Apakah sejarah inflasi hebat di negara kita hanya terjadi pada ujung masa orde lama ? Sebenarnya tidak, justru saat berlangsungnya masa orde lama negara kita pernah mengalami inflasi hebat bahkan angkanya mencapai 650%. Sejarah inflasi hebat atau hyperinflasi tersebut terjadi sebagai akibat tidak stabilnya kondisi sosiopolitik Indonesia saat itu. Sebagai sebuah negara yang baru merdeka, Indonesia harus bekerja dengan sangat keras untuk membangun. Setelah lebih dari 3 abad berada dibawah penjajahan bangsa-bangsa asing yang silih berganti, banyak persoalan yang membutuhkan penanganan dengan segera. Belum lagi situasi keamanan negara yang masih berada dalam bayang-bayang dan incaran invansi penjajahan bangsa lain. Ditambah lagi situasi politik dalam negeri yang carut marut dengan munculnya gerakan pemberontakan PKI. Kekacauan terjadi dimana-mana, demonstrasi besar-besaran melanda negeri yang kemudian menghasilkan 3 tuntutan rakyat atau Tritura pada 1966 dengan salah satu poin isinya yang berbunyi : “ Turunkan harga sandang dan pangan”. Masuknya tuntutan untuk menurunkan harga sandang dan pangan sudah cukup membuktikan bahwa sejarah inflasi yang terjadi saat itu sudah masuk dalam kategori hyperinflasi, hingga rakyat tak lagi mampu untuk membeli bahan makanan.

Uang tidak lagi ada harganya, orang lebih suka menyimpan bahan makanan daripada menyimpan uang. Ataupun jika mereka bersedia menjualnya, mereka menetapkan harga yang sangat tinggi. Itulah yang dilakukan para pedagang. Mereka lebih senang menyimpan barang mereka ketimbang menjual. Sebab inflasi yang terjadi sudah memberikan efek lingkaran setan yang bisa membuat mereka rugi. Jika mereka menjual barang maka uang hasil penjualan barang tersebut tidak lagi mencukupi untuk mereka membeli kembali barang dagangan ( kulakan ), karena harga barang terus saja merangkak naik. Orang-orang yang menyimpan harta kekayaan mereka dalam bentuk uang menjadi miskin mendadak. Uang yang mereka simpan tidak ada harganya dan tidak laku. Bahkan seorang pegawai memilih tetap dirumah dan tidak mengambil gaji di kantornya, karena ongkos angkutan umum yang harus dikeluarkannya lebih mahal daripada gaji yang akan diterimanya.

Begitulah sejarah inflasi yang terjadi di negara kita. Seperti sebuah kecelakaan, tidak satupun kita yang ingin mengalaminya. Namun terkadang sekalipun sudah sangat berhati-hati, kita masih bisa mengalami musibah akibat ketidakhati-hatian orang lain. Inflasi susah diprediksi dan dikendalikan karena juga dipengaruhi oleh situasi dan kebijakan negara lain. Yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan diri saat inflasi tersebut datang, sehingga sejarah inflasi yang buruk tidak kembali terulang kepada kita. Dalam artikel-artikel berikutnya kita akan coba belajar bagaimana memproteksi nilai kekayaan kita agar tidak terpengaruh oleh inflasi, insyaalloh.

Semoga bermanfaat